HERBERT Feith, seorang ahli sejarah politik Indonesia, pernah mengemukakan dua tipe kepemimpinan yang relevan dalam konteks Indonesia, termasuk di Jawa Barat: solidarity maker (perajut persatuan) dan administrator maker (pembangun impian). Dalam dinamika pemerintahan provinsi Jawa Barat, kedua tipe kepemimpinan ini sangat relevan untuk mewujudkan impian masyarakat akan kesejahteraan yang adil dan merata.Oleh: Tody A Prabu, Ketua Umum Komunitas Jabar Unggul & Indonesia Unggul Aktivis Pergerakan Alumni HMI Universitas Trisakti
Solidarity Maker: Penggalang Solidaritas
Pemimpin bertipe solidarity maker mengedepankan kepekaan emosi dan membangun kharisma melalui berbagai bentuk pencitraan. Gaya kepemimpinan ini fokus pada penggalangan solidaritas dan dukungan, terutama dari konstituen dan pemilih yang masih ragu. Di Jawa Barat, figur seperti Susi Pudjiastuti dan Dedi Mulyadi sering kali dikaitkan dengan tipe kepemimpinan ini. Mereka berhasil membangun dukungan kuat melalui pendekatan yang penuh empati dan kedekatan dengan masyarakat.
Namun, dalam kondisi yang menuntut perubahan sistemik dan pencapaian tujuan jangka panjang, tipe kepemimpinan ini memerlukan keseimbangan dengan pendekatan yang lebih rasional dan teknis, yang diwakili oleh administrator maker.
Administrator Maker: Pembangun Impian
Pemimpin bertipe administrator maker dikenal dengan pendekatan yang teliti, rasional, dan teknis dalam menjalankan fungsi manajerial. Mereka sangat cocok dalam birokrasi dan pengelolaan administrasi pemerintahan, di mana profesionalisme dan efisiensi menjadi kunci keberhasilan. Di Jawa Barat, figur seperti Ilham Habibie mencerminkan tipe pemimpin ini, yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan dan inovasi, terutama di bidang teknologi dan ekonomi.
Kombinasi antara kedua tipe kepemimpinan ini diperlukan untuk menjawab tantangan-tantangan besar yang dihadapi oleh Jawa Barat, terutama dalam mengembangkan potensi energi hijau dan mewujudkan Indonesia Net Zero Emission 2060. Jawa Barat memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, seperti proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya terbesar di Asia Tenggara dan Plastic Waste Recycling Plant. Untuk memaksimalkan potensi ini, diperlukan kepemimpinan yang mampu menarik investasi dan mengelola proyek-proyek hijau secara efektif.
Tantangan dan Peluang Jawa Barat
Jawa Barat memiliki potensi yang luar biasa, baik dari segi sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dengan penduduk lebih dari 50 juta jiwa, Jawa Barat memiliki skala ekonomi yang sebanding dengan negara-negara maju. Oleh karena itu, pemimpin Jawa Barat harus memiliki visi yang luas dan kemampuan untuk memanfaatkan potensi ini, termasuk kerjasama dengan perguruan tinggi ternama yang ada di provinsi ini.
Namun, untuk mencapai kemajuan tersebut, pemimpin yang terpilih harus memiliki visi dan kemampuan untuk mengundang tenaga ahli yang mampu mendatangkan investor ke Jawa Barat. Pemimpin yang hanya mengandalkan pengalaman tanpa visi ke depan cenderung mempertahankan status quo, sementara pemimpin yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi cenderung mendorong perubahan dan inovasi.
Kesimpulan
Pada akhirnya, pemilih Jawa Barat di Pilkada 2024 harus cerdas dan bijaksana dalam memilih pemimpin. Pemimpin yang tepat harus mampu menggabungkan kepekaan sosial dari tipe solidarity maker dengan kemampuan manajerial dan teknis dari tipe administrator maker. Hanya dengan kepemimpinan yang seimbang ini, Jawa Barat dapat menjadi provinsi termaju dan unggul di Indonesia, serta menjadi model bagi provinsi lainnya dalam mengelola sumber daya dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh warganya.
Salam TAP
