Sejak tahun 2021, PKRS di Garut telah berkembang pesat dari hanya beberapa sekolah menjadi lebih dari 300 sekolah. Keberhasilan ini tidak lepas dari kerja sama antara pemerintah daerah, sekolah, dan organisasi masyarakat.
"Garut telah menjadi contoh yang baik bagi negara lain dalam menerapkan pendidikan seks," ujar Desrina Dewi Respati, Koordinator Negara Power to You(th) Indonesia kepada wartawan, Jumat (16/8).
"Program ini tidak hanya memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi, tetapi juga mengajarkan siswa tentang pentingnya menghargai diri sendiri dan orang lain," lanjutnya.
Salah satu peserta dari Ethiopia, Sintanyehu Abebe Woldie, mengaku kagum dengan cara Garut mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan pendidikan seks. "Indonesia, khususnya Garut, telah menunjukkan kepada kami bagaimana menyeimbangkan nilai-nilai budaya dengan kebutuhan akan pendidikan seks yang komprehensif," ujarnya melalui penerjemah bahasa.
Selama di Kabupaten Garut kegiatan rombongan di awali dengan pertemuan dan berdiskusi langsung bersama orang-orang muda yang ada di Garut, yang tergabung dalam Forum Komunikasi Remaja Desa (FKRD) Mekarjaya, Rancabango, Karyasari, dan Youth Advisory Garut, di mana para kawula muda tersebut memang terlibat dalam program _Power to You(th)_ di Kabupaten Garut.
Selain itu rombongan melakukan pertemuan dengan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, untuk mendengarkan langsung penjelasan implementasi PKRS dari Dinas Pendidikan (Disdik) dan pihak lainnya. Para delegasi sempat melakukan tanya jawab dengan jajaran di lingkungan Pemkab Garut, terkait upaya dan kebijakan yang telah dilakukan, sehingga PKRS di Kabupaten Garut bisa berjalan dengan baik.
Pihak konsorsium _Power to You(th)_, sempat diterima dengan hangat oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, di Ruang Pamengkang Pendopo Garut.
Di hari kedua, tepatnya pada Kamis (15/8), para delegasi berkunjung langsung ke sekolah yang telah menerapkan PKRS di Kabupaten Garut, yaitu tepatnya ke MTs An-Nashr dan SMPN 1 Banyuresmi.
Di lokasi tersebut, para delegasi mendapatkan paparan langsung dari pihak sekolah yang menyelenggarakan PKRS dan juga testimoni dari para siswa yang pernah mengikuti PKRS. Tak hanya itu, mereka juga berkunjung ke beberapa lokasi di sekolah tersebut, untuk melaksanakan observasi di satuan pendidikan yang memang menerapkan PKRS di Kabupaten Garut.
"Jadi memang di sini kita akan saling belajar mengetahui praktik baik masing-masing negara, tapi mungkin untuk ke Garut ini sebenarnya banyaknya teman-teman dari Euthopia yang belajar," ujar Desrina.
Desrina mengungkapkan alasan dipilihnya Kabupaten Garut sebagai lokasi _linking and learning_, karena Garut merupakan daerah yang paling progresif dalam mengimplementasikan PKRS, yang dipadukan dengan komitmen kuat dari pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan.
Selain itu, menurutnya, anak-anak muda yang tergabung dalam program _Power to You(th)_ di Kabupaten Garut sudah terinstitusionalisasi, dan mampu mendapatkan dana desa dari pemerintah serta berjejaring dengan organisasi kepemudaan di level kabupaten, sehingga Garut menjadi tempat ideal bagi para delegasi untuk belajar mengenai implementasi _Power to You(th)_ di Indonesia.
"Sekarang mereka istilahnya sedang _field visit_ ke sini, jadi nanti menjadikan pembelajaran apa saja yang bisa diambil untuk diadaptasi atau diadopsi di negara masing-masing," ucapnya.
Keberhasilan Garut dalam mengimplementasikan PKRS telah menginspirasi negara-negara lain. Program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi siswa, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan program serupa dapat diterapkan di daerah-daerah lain di Indonesia.
