DUA hari terakhir, keheranan dan kekagetan publik disertai dengan simpati serta apresiasi dari berbagai kalangan terhadap situasi terkini yang sedang melanda Partai Golkar. Pembicaraan dalam grup-grup WhatsApp, komentar dalam podcast dan talkshow di TV serta radio, hingga diskusi dan pertemuan offline atau kopdar di berbagai tempat, mencatat setidaknya tiga diskusi terbuka yang membahas jalannya demokrasi di Indonesia pada masa pemerintahan Jokowi, dengan tambahan pembahasan terkait kasus yang terjadi di Partai Golkar. Dalam diskusi para senator Jaringan Aktivis ProDem, misalnya, terungkap bahwa rusaknya demokrasi di Indonesia ditandai dengan adanya parliamentary threshold dan presidential threshold yang membatasi ruang gerak, akses, dan partisipasi yang lebih luas bagi aspirasi dan aktualisasi publik. Selain itu, tidak adanya undang-undang kepresidenan dianggap membiarkan presiden bergerak bebas tanpa pengawasan, dibandingkan dengan dua kekuatan lainnya, yakni yudikatif dan legislatif.Oleh: Khalid Zabidi, Golkar Garis Keras
Banyak pengamat dan aktivis jaringan Pro Demokrasi di Indonesia sangat menghormati dan menghargai Partai Golkar, terlepas dari problematika perspektif kepentingan politik. Partai Golkar dianggap sebagai salah satu partai paling demokratis dan kokoh di Indonesia. Hal ini ditandai dengan ragam pertanyaan dan keheranan terkait insiden mundurnya Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, beberapa waktu lalu. Banyak yang masih bertanya-tanya dengan keheranan, ada apa sebenarnya? Tak sedikit yang langsung menduga bahwa Partai Golkar sedang "dipreteli" oleh tukang kayu dan dijadikan perabotan, setidaknya itulah yang dikatakan dan ditertawakan oleh Qodari dan TotPol.
Dalam forum diskusi \\\'98 Melawan,\\\' mereka menyatakan adanya kekuatan besar dari pihak penguasa yang masuk dan mengacak-acak partai politik. Mereka menganalisis bahwa aksi ugal-ugalan penguasa ini akan merusak demokrasi secara keseluruhan. Kasus di Partai Golkar ini bahkan dianggap akan menular ke partai-partai lainnya sebagai bentuk kendali kekuasaan terhadap partai politik.
Apakah Partai Golkar, sebagai salah satu partai paling tua, kokoh, solid, dan modern yang dihormati seluruh rakyat Indonesia, akan tumbang dan dijadikan perabotan oleh sang Tukang Kayu hanya demi kepentingan menjaga keselamatan dan keberlangsungan keluarganya?
