Meski pada awalnya para petinggi Golkar bersikap tertutup dan tidak mau memberikan penjelasan yang gamblang, kini satu per satu tokoh partai berlambang pohon beringin itu mulai angkat suara.
Mantan Ketua Umum Golkar peeiode 2004-2009, Jusuf Kalla, mengaku tidak tahu persis apa penyebab Airlangga Hartarto berhenti sebelum masa jabatannya berakhir.
"Saya sendiri merasa terkejut. Berarti ada alasan yang sangat kuat dan mungkin menyangkut dia secara pribadi sehingga dia harus mengundurkan diri," kata Mantan Wakil Presiden RI di era SBY dan Jokowi itu, dalam sebuah tayangan video dari Metro TV, Minggu (11/8).
Menurut Jusuf Kalla, keberhasilan seorang Ketua Umum Golkar diukur dari keberhasilannya di Pemilu dan di pemerintahan di mana ia menjabat. "Pak Airlangga telah berhasil memenangkan Prabowo-Gibran, itu suatu prestasi," kata Jusuf Kalla.
Politikus senior itu menampik jika penyebab mundurnya Airlangga Hartarto adalah akibat besarnya tekanan dari internal Golkar. "Dia berhasil meningkatkan raihan kursi DPR, baik di pusat maupun di daerah. Berarti tidak ada alasan dari kader-kader untuk turun, kecuali ada tekanan yang kuat dari faksi yang lebih kuat lagi," ujar Jusuf Kalla.
Lebih lanjut, Jusuf Kalla mengingatkan bahwa semua kader Golkar harus taat pada keputusan yang dibuat oleh Munas sebelumnya, yang mengamanatkan agar pelaksanaan Munas berikutnya baru akan digelar pada bulan Desember 2024.
"Marwah partai harus lebih gagah. Jangan karena tekanan-tekanan dari pihak luar partai kemudian menyerah. Buat apa ada puluhan juta kader," cetus Mantan Wakil Presiden RI di era SBY dan Jokowi itu.
Jusuf Kalla kembali menegaskan, tidak ada tekanan internal yang mendorong Airlangga Hartarto harus mundur sekarang. "Karena kalau dari internal, harus melalui Munas dan Rapim. Tidak bisa melalui orang per orang. Tidak bisa orang (Ketua Umum DPP Golkar, red.) diturunkan tanpa Munas," demikian Jusuf Kalla.
