Jakarta. Memilih atau berpihak pada kandidat tertentu yang sedang bertarungan di arena pemilihan umum adalah hak pribadi individu warganegara yang harus dihormati. Seperti pemilihan umum, mendukung dan bekerja untuk kemenangan calon yang didukung adalah bagian dari upaya menghidupkan demokrasi.
Tentu saja, upaya memenangkan calon yang didukung ini harus sesuai dengan aturan yang ada. Bukan dengan mengakali dan mengangkangi aturan.
Demikian dikatakan aktivis prodemokrasi Adhie Massardi dalam perbincangan dengan redaksi, Selasa (13/2).
Adhie mengatakan, dirinya mengingatkan tokoh-tokoh yang selama ini dianggap sebagai kampiun demokrasi yang berada di semua kubu pasangan calon untuk menghormati praktik pemilu yang jujur dan adil, bebas dari kecurangan dan manipulasi, dari TPS sampai penghitungan di KPU dan pengumuman hasil.
Adhie menyebut dua nama di kubu Prabowo-Gibran yang diharapkannya mau bertindak menjadi whistle blower kecurangan-kecurangan yang dilakukan pihak-pihak lain yang ingin memenangkan pasangan Prabowo-Gibran, sejak dari proses di Mahkamah Konstitusi sampai proses di TPS serta penghitungan dan pengumumnan hasil oleh KPU
“Kenapa SBY yang selama ini dikesankan tokoh demokrasi, juga Ridwan Kamil, ada di dalam barisan yang terindikasi telah melakukan kecurangan demi kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif?” tanya Adhie.
“Semoga mereka mau jadi whistle blower demi menghidupkan kembali demokrasi di NKRI,” ujar Adhie.
Di sisi lain, Adhie mengatakan, kisah Pilpres 2024 ini bisa menjadi kisah kematian demokrasi yang dibunuh secara terencana oleh pendukung dinasti politik.
“Mereka berkomplot dan TSM,” ujarnya.