PILPRES 2024 menghadirkan nuansa yang berbeda dari pemilu sebelumnya. Tiga pasangan calon yang berkontestasi memiliki pemikiran dan gagasan yang cenderung berbeda tetapi mereka tidak menyerang satu sama lain.
Anies-Cak Imin memiliki gagasan dan argumentasi yang intelektual. Ganjar-Mahfud memiliki konsep kerakyatan dan populis ala Jokowi yang cukup terasa.
Prabowo-Gibran tampaknya ingin meraih ceruk suara dari pemilih muda gen Z dan milenial. Mereka menghadirkan pengalaman estetika lewat joget gemoy Prabowo yang viral di media sosial.
Pengalaman estetika tersebut berhasil menggiring opini bahwa sosok Prabowo adalah karakter yang lucu dan menggemaskan. Hal ini menjadi sarana bagi mereka dalam menaruh simpati dan empati hingga akhirnya memilih pasangan nomor urut dua ini di Pilpres 2024.
Sebaliknya, pemilih muda tampaknya tidak tertarik dengan konsep argumentasi dialektis dan adu gagasan. Padahal ide-ide ini sangat penting untuk menentukan kapasitas kandidat presiden dan cawapres yang akan memimpin negara ini.
Agar masyarakat lebih kritis dalam memilih pasangan calon mereka, pemilihan presiden harus menjadi tempat yang rasional dan dialektis. Mereka tidak dapat menjadikan pengalaman estetika sebagai acuan utama, dibutuhkan juga pandangan rasional yang kritis dan sikap yang masuk akal.
Manuver estetika yang dilakukan capres-cawapres dalam Pilpres 2024 patut dikritisi. Hal ini karena pengalaman estetika tidak dapat menjawab pertanyaan: “sudah layakkah mereka menjadi pemimpin negeri ini?”
Pengalaman estetika memang dapat menjadi sarana untuk menarik simpati dan empati masyarakat. Namun, hal tersebut tidak dapat menjadi dasar untuk menilai kapasitas mereka sebagai pemimpin.
Untuk menjadi pemimpin yang baik, seseorang harus memiliki kemampuan untuk berpikir rasional dan kritis. Ia harus mampu memahami permasalahan yang dihadapi oleh bangsa dan memiliki solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
Manuver estetika hanya dapat menjadi pelengkap dalam proses pemilihan pemimpin. Ia tidak boleh menjadi hal yang utama.
Pentingnya Adu Gagasan dan Argumentasi
Adu gagasan dan argumentasi adalah sarana penting untuk mengetahui seberapa jauh kapasitas capres dan cawapres. Melalui adu gagasan dan argumentasi, masyarakat dapat melihat bagaimana cara mereka berpikir dan menyelesaikan masalah.
Capres dan cawapres yang memiliki gagasan yang baik dan argumentasi yang kuat menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berpikir rasional dan kritis.
Mereka juga menunjukkan bahwa mereka memiliki solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh bangsa.
Oleh karena itu, masyarakat harus kritis dalam menilai capres dan cawapres. Jangan hanya terpaku pada pengalaman estetika, tetapi juga perhatikan gagasan dan argumentasi yang mereka miliki.
Penulis adalah ekonom dan pakar Kebijakan Publik UPNVJ.